Tanpa ingin menjatuhkan siapapun aku menulis cerita ini.
Tidak pernah aku merasa hatiku sehancur ini, pernah, tetapi dalam konteks yang berbeda. Kali ini sebenarnya aku sedikit malu jika harus menceritakannya, tetapi seperti tujuan awal aku membuat blog ini adalah untuk berbagi kisah yang harapannya mampu menjadi pembelajaran bagi para pembaca.
Baiklah aku mulai.
Dipuncak kesedihanku atas kepergian kedua malaikatku aku merasa hidupku semakin tidak terarah, tidak memiliki tujuan lain selain bertahan hidup di kota pertama aku meninggalkan kampung halamanku, Surabaya. Hari-hariku berusaha kusibukkan dengan membawa map coklat dan pergi kemanapun aku melihat lowongan pekerjaan tersedia. Tujuannya tidak lain ingin melupakan bahwa orang yang harusnya paling membuatku bersemangat berjuang telah pergi dan membiarkan aku menjalni hidup ini seorang diri. Meskipun hampir setiap malam sebelum mataku terpejam aku tidak pernah lupa mengalirkan butiran bening di sudut gelap mataku. Sudahlah, pontang-pantingku dalam mencari pekerjaan usai menyelesaikan studiku lain kali akan kuceritakan di postingan berikutnya saja.
Berawal dari sebuah aplikasi pencarian jodoh yang direkomendasikan salah seorang temanku ketika aku mengunjunginya di kota tetangga, kota tempatku mengenyam bangku kuliah, Malang. Tidak ada niat yang serius dengan aplikasi itu. Hanya mencari hiburan sesaat untuk mengahapus kesendirian yang sudah sangat lama bersemayam di jiwaku, dan kelihatannya semakin parah sejak kisah sedih yang mungkin sudah tak terhitung berapa kali ku replay.
Singkat kata aku 'menemukan' seseorang yang juga memberikan swipe kanan untukku, itu berarti kita 'match' (kalau masih ga ngerti anggep ngerti ajalah, hehe. aku ga rekomen kalian buat main aplikasi itu soalnya hampir mustahil menemukan orang baik di sana). Aku sendiri tidak begitu ingat kapan pertama kali dia memberika sapaan salam kenalnya yang hangat menggunakan bahasa inggris. Ia kelihatan baik, cerdas, dan ramah, over all sementara Ia masuk dalam kriteriaku yang luamyan muluk-muluk.
Hari itu tepat tanggal 16 Maret 2018, Ia kembali melajutkan obrolan lewat apliksi itu. Tampaknya Ia mulai penasaran denganku, kalimat berbahasa inggrisnya mulai alih bahasa, Ia menyodorkan akun Line nya, dan tanpa berpikir panjang aku add akunnya. Dan percakpan berlanjut.
To be continued..
Tadinya ingin kulanjutkan cerita itu. Tapi rasanya aku sudah tidak ingin membahasnya. Maaf. Biarkan cerita tentangnya menjadi rahasiaku, dia dan Tuhan.
Biar kuadukan semua keluh kesahku hanya pada Tuhan, Dia yang maha membolak-balikkan hati hambanya. Akan kutabung doa-doa terbaikku, semoga saat Tuhan mengaminkan doaku, seperti yang kupinta, aku bukan aku yang dulu atau saat ini tetapi pribadi dengan kebaikan dengan level yang lebih dari hari ini, Amin.
Singkat kata aku 'menemukan' seseorang yang juga memberikan swipe kanan untukku, itu berarti kita 'match' (kalau masih ga ngerti anggep ngerti ajalah, hehe. aku ga rekomen kalian buat main aplikasi itu soalnya hampir mustahil menemukan orang baik di sana). Aku sendiri tidak begitu ingat kapan pertama kali dia memberika sapaan salam kenalnya yang hangat menggunakan bahasa inggris. Ia kelihatan baik, cerdas, dan ramah, over all sementara Ia masuk dalam kriteriaku yang luamyan muluk-muluk.
Hari itu tepat tanggal 16 Maret 2018, Ia kembali melajutkan obrolan lewat apliksi itu. Tampaknya Ia mulai penasaran denganku, kalimat berbahasa inggrisnya mulai alih bahasa, Ia menyodorkan akun Line nya, dan tanpa berpikir panjang aku add akunnya. Dan percakpan berlanjut.
To be continued..
Tadinya ingin kulanjutkan cerita itu. Tapi rasanya aku sudah tidak ingin membahasnya. Maaf. Biarkan cerita tentangnya menjadi rahasiaku, dia dan Tuhan.
Biar kuadukan semua keluh kesahku hanya pada Tuhan, Dia yang maha membolak-balikkan hati hambanya. Akan kutabung doa-doa terbaikku, semoga saat Tuhan mengaminkan doaku, seperti yang kupinta, aku bukan aku yang dulu atau saat ini tetapi pribadi dengan kebaikan dengan level yang lebih dari hari ini, Amin.
Komentar
Posting Komentar