Salah satu alasan terbesarku untuk menikah adalah, aku ingin hidup bersama dengan orang ingin hidup bersamaku. Tidak lagi bergantung pada keluarga yang sudah tidak lengkap tanpa bapak dan ibu. Hidup bersama suadara terasa seperti menumpang, ada hal-hal yang selalu tidak terlihat benar. Walaupun mereka menyayangiku, tapi tetap tidak ada yang menandingi kasih sayang orangtuaku, walaupun kenyataannya merekapun orang lain. Tapi lagi-lagi aku sadar, semua milik Allah, pun juga aku dan suamiku kelak, maka kapanpun Allah menginginkan semua miliknya, maka kita bisa apa?
Setiap kehilangan mengajarkanku bahwa, tidak ada sesuatu yang benar-benar menjadi milik kita. Semua hanya titipan. Tapi, mana yang lebih menenangkan, hidup dalam ketidaknyamanan, atau bersusah senang bersama orang yang benar-benar ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama kita?
Mungkin tidak sesederhana itu. Dalam kehidupan berumah tangga mungkin akan ada beragam problematika. Termasuk perasaan-perasaan takut kehilangan. Sekali lagi, segala sesuatu yang kelihatannya milik kita sebenarnya bukan milik kita. Meskipun demikian, saat amanah itu masih dipundak kita, maka tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik untuk mereka.
Maka, jujur saja, salah satu doa yang aku perjuangkan di Ramadhan ini selain kebaikan untukku dan keluargaku, sudah pasti untuk kehidupanku sendiri. Ya, aku ingin segera dipertemukan dengan laki-laki yang bisa membahagiakanku, Menuntunku menuju jalan ke surga.
Sudah tidak lagi ingin kusebutkan siapa dengan kriteria muluk-muluk yang sebenarnya beroriontasi pada keduniawian semata, karena aku yakin Allah tahu apa yang terbaik bagiku.
Tiba-tiba tergerak untuk menulis sesuatu tentang teman, hal berharga yang sering kali tidak begitu kuperhatikan padahal akan sangat disayangkan jika akhirnya kehilangan. masih males nulis, tunggu ya..
Komentar
Posting Komentar