Langsung ke konten utama

Postingan

Bisakah Kita Segera Bertemu?

Salah satu alasan terbesarku untuk menikah adalah, aku ingin hidup bersama dengan orang ingin hidup bersamaku. Tidak lagi bergantung pada keluarga yang sudah tidak lengkap tanpa bapak dan ibu. Hidup bersama suadara terasa seperti menumpang, ada hal-hal yang selalu tidak terlihat benar. Walaupun mereka menyayangiku, tapi tetap tidak ada yang menandingi kasih sayang orangtuaku, walaupun kenyataannya merekapun orang lain. Tapi lagi-lagi aku sadar, semua milik Allah, pun juga aku dan suamiku kelak, maka kapanpun Allah menginginkan semua miliknya, maka kita bisa apa? Setiap kehilangan mengajarkanku bahwa, tidak ada sesuatu yang benar-benar menjadi milik kita. Semua hanya titipan. Tapi, mana yang lebih menenangkan, hidup dalam ketidaknyamanan, atau bersusah senang bersama orang yang benar-benar ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama kita? Mungkin tidak sesederhana itu. Dalam kehidupan berumah tangga mungkin akan ada beragam problematika. Termasuk perasaan-perasaan takut kehilangan. Sekal...
Postingan terbaru

Nasihat Untuk Kita Semua, Singlelillah :)

Tetaplah istiqomah menjadi singlelillah , ini bukan karena tidak laku, tapi memang tidak mau. Contoh di depan mata memang terlihat sempurna, tetap bersama dan terlihat sholiha (?) entahlah, jangan menghakimi siapapun. Dari latar belakang apapun yang kau lihat itu adalah manusia, Ia tidak sempurna. Bukankah kamu sudah tahu kemana arah hubungan-hubungan tidak sah itu. Bahkan jika nanti berakhir di pelamihan, sudah ada dosa yang ditabung. Menikah setelah berpacaran bertahun-tahun bukan penebusnya. Wallahu’alam, dosa manusia hanya Allah yang tahu. Jangan merasa suci karena tidak pernah pacaran atau karena sudah bertobat atas aktivitas itu. Teruslah perbaiki diri, memang jika berpikir rasional rasanya tidak mungkin akan memperoleh pasangan seperti halnya mereka yang mengawali pernikahan dari jalan pacaran. Tapi siapa pemilik bumi dan isinya? Apa kamu masih meragukan kuasa-Nya? Bersabarlah. Menjadi sabar tidak ada ruginya.

Hello, I'm alive!

Sudah banyak sekali abjad-abjad yang melayang-layang di kepala, tapi malas masih saja menjuarai atas diriku. Ya beginilah, semakin dewasa semakin banyak yang dipikirkan, kurang bisa memanjemen waktu dengan baik. Akhirnya lebih sering menghabiskan waktu dengan kurang produktif. Mencari-cari kesibukan yang lebih kearah fisik supaya terlihat lelah. Tapi pemikiran kurang diasah, jadinya ya begini-begini saja. Teman, mohon doa nya supaya bisa menjadi lebih baik dan bisa melanjutkan tulisan-tulisan tentang pengalaman hidup yang harapannya bisa menginspirasi pembaca.Terima kasih.

Sukses: Kadar Rasa Syukur

Assalamualaikum.. Seperti janjiku sebelumya, aku ingin sedikit berbagi pengalamanku usai resmi dinyatakan lulus dan mendapatkan gelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.  Sudah hampir seperempat abad aku menghirup oksigen dengan cuma-cuma di dunia ini, tetapi baru kini aku mulai bisa mengerti mengapa Tuhan men-setting kehidupanku sedemikian rupa. Intinya aku merasa bahwa Apa Tuhan berikan untukku tidak pernah muluk-muluk, benar saja seperti yang dikatakan banyak orang bahwa setiap orang punya porsinya masing-masing, begitupula aku. Inilah hidupku dengan porsi standart. Porsi terbaik menurut Tuhan. Dan kini aku yakin bahwa porsi dariNya tidak pernah salah timbang. Dari sejak aku lulus dari sekolah dasar, banyak kejutan-kejutan di kehidupanku yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Berharap bisa melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, nyatanya aku terdampar di Surabaya. Tepatnya menjemput takdirku menjadi bagian dari sebuah yayasan penya...

Tidak Ada yang Kebetulan!

Tanpa ingin menjatuhkan siapapun aku menulis cerita ini.  Tidak pernah aku merasa hatiku sehancur ini, pernah, tetapi dalam konteks yang berbeda. Kali ini sebenarnya aku sedikit malu jika harus menceritakannya, tetapi seperti tujuan awal aku membuat blog ini adalah untuk berbagi kisah yang harapannya mampu menjadi pembelajaran bagi para pembaca. Baiklah aku mulai.  Dipuncak kesedihanku atas kepergian kedua malaikatku aku merasa hidupku semakin tidak terarah, tidak memiliki tujuan lain selain bertahan hidup di kota pertama aku meninggalkan kampung halamanku, Surabaya. Hari-hariku berusaha kusibukkan dengan membawa map coklat dan pergi kemanapun aku melihat lowongan pekerjaan tersedia. Tujuannya tidak lain ingin melupakan bahwa orang yang harusnya paling membuatku bersemangat berjuang telah pergi dan membiarkan aku menjalni hidup ini seorang diri. Meskipun hampir setiap malam sebelum mataku terpejam aku tidak pernah lupa mengalirkan butiran bening di sudut gelap mataku....

Derita yang Sempurna!

Assalamualaikum, Dua tahun sejak terakhir kali aku memposting kisah sedihku tentang keluarga angkatku, kini aku kembali dengan kisah yang lebih menyedihkan. Tidak, aku tidak menginginkan simpati dari siapapun aku hanya ingin berbagi kesedihan yang kini tidak tahu lagi harus kubagi dengan siapa. Rabu, 17 Februari 2016, Apak, laki-laki yang menyelamatkan masa kecilku, laki-laki yang membuatku tidak mejadi yatim, justru menjadikanku yatim untuk kedua kalinya. Ia meninggalkanku untuk selamanya tanpa sempat aku melihatnya untuk terakhir kalinya. Hari-hari sebelum kepergiaannya aku sudah merasa kehilangan sesuatu. Entahlah mungkin itu sebuah pertanda bahwa orang yang paling kusayangi di dunia ini akan menggalkan putri kesaynagnnya ini sendiri. Tetapi bagaimanapun, kematian adalah takdir, dan aku percaya bahwa takdir baik adalah takdir yang terjadi. Aku sendiri pun tidak tega melihat ayah menahan rasa sakithya selama kurang lebih 6 tahun sejak aku duduk di bangku SMA. Aku selalu merasa bah...